Anda mungkin sudah sering dengar soal fenomena halusinasi. Halusinasi adalah gangguan yang membuat seseorang seolah menyaksikan atau mengalami hal-hal yang tidak nyata. Akan tetapi, tahukah Anda mengapa dan bagaimana halusinasi bisa terjadi? Simak jawabannya di bawah ini!
Apa itu halusinasi?
Halusinasi adalah sensasi yang terlihat nyata, padahal sebenarnya dibuat oleh pikiran Anda. Halusinasi dapat memengaruhi kelima indra Anda. Ya, kondisi ini tidak hanya membuat Anda melihat hal-hal yang tidak nyata, melainkan juga mendengar, menyentuh, atau bahkan mengecap sesuatu yang tidak benar-benar ada.
Umumnya, penyebab halusinasi adalah gangguan mental. Akan tetapi, halusinasi adalah gejala yang juga cukup sering dilaporkan pada orang dengan kelainan saraf seperti penyakit Parkinson.
Jenis-jenis halusinasi
Berbagai jenis halusinasi ini sering kali menjadi gejala penyakit tertentu, seperti skizofrenia, namun terkadang juga dapat disebabkan oleh penyalahgunaan obat atau konsumsi alkohol yang berlebihan, demam, kesedihan akibat kehilangan orang terdekat, depresi, atau demensia. Berikut ini jenis-jenis halusinasi yang dapat mengintai pikiran Anda:
1. Pendengaran (audio)
Ini adalah jenis halusinasi yang menunjukkan persepsi yang salah dari bunyi, musik, kebisingan, atau suara. Mendengar suara-suara ketika tidak ada stimulus pendengaran adalah jenis yang paling umum dari halusinasi audio pada penderita gangguan mental. Suara dapat didengar baik di dalam atau di luar kepala seseorang, dan umumnya dianggap lebih parah ketika hal itu datang dari luar kepala. Suara bisa berupa suara wanita atau pria, yang akrab atau tidak akrab, dan yang berupa kritikan atau pujian. Dalam gangguan mental seperti skizofrenia, suara biasanya negatif dan tidak menyenangkan.
Pada penderita skizofrenia, gejala umum adalah mendengar suara orang yang bercakap-cakap dan berkomentar. Ketika ia mendengar suara-suara berbicara, biasanya itu adalah suara dua orang atau lebih yang berbicara pada satu sama lain. Ia mendengar kritikan atau komentar tentang dirinya, perilakunya, atau pikirannya, dan ia biasanya menjadi orang ketiga (seperti, “tidak, dia bodoh”). Di lain waktu, suara dapat memberitahunya untuk melakukan sesuatu (hal ini sering disebut sebagai perintah halusinasi).
2. Pengecapan (gustatorius)
Ini adalah sebuah persepsi yang salah mengenai rasa. Biasanya, pengalaman ini tidak menyenangkan. Misalnya, seorang individu mungkin mengeluh telah mengecap rasa logam secara terus-menerus. Jenis halusinasi ini sering terlihat di beberapa gangguan medis (seperti epilepsi), dibandingkan dengan penderita gangguan mental.
3. Penciuman (olfaktori)
Halusinasi ini melibatkan berbagai bau yang tidak ada. Bau ini biasanya tidak menyenangkan, seperti bau muntah, urin, feses, asap, atau daging yang membusuk. Kondisi ini juga sering disebut sebagai phantosmia dan dapat diakibatkan oleh adanya kerusakan saraf di bagian indra penciuman. Kerusakan mungkin disebabkan oleh virus, trauma, tumor otak, atau paparan zat-zat beracun atau obat-obatan. Phantosmia ini juga dapat disebabkan oleh epilepsi.
4. Sentuhan (taktil)
Ini adalah sebuah persepsi atau sensasi palsu terhadap sentuhan atau sesuatu yang terjadi di dalam atau pada tubuh. Halusinasi sentuhan ini umumnya merasa seperti ada sesuatu yang merangkak di bawah atau pada kulit (ini juga dikenal sebagai formikasi). Contoh lain termasuk perasaan tersetrum pada tubuh, atau merasa disentuh orang lain tetapi sebenarnya tidak ada orang di sekitarnya. Sensasi fisik yang berasal dari gangguan medis dan hypochondriacal preoccupations dengan sensasi fisik normal tidak termasuk sebagai halusinasi somatik.
5. Penglihatan (visual)
Ini adalah sebuah persepsi yang salah pada pandangan. Isi dari halusinasi dapat berupa apa saja (seperti bentuk, warna, dan hilatan cahaya), tetapi biasanya orang atau tokoh-tokoh seperti manusia. Misalnya, seseorang merasa ada orang berdiri di belakangnya meskipun tidak ada siapa-siapa. Terkadang seseorang mungkin mengalami persepsi yang salah dari salah satu tokoh yang berkaitan dengan agama (seperti setan).
6. Halusinasi somatik
Ini mengacu pada saat seseorang mengalami perasaan tubuh mereka merasakan nyeri yang parah, misalnya akibat mutilasi atau pergeseran sendi. Pasien juga melaporkan bahwa ia mengalami penyerangan oleh hewan pada tubuh mereka, seperti ular merayap ke dalam perut.
Apa penyebab halusinasi?
Ada banyak penyebab dari halusinasi. Lebih lengkapnya, simak penjelasan berikut ini.
- Penyakit mental
Penyebab paling umum dari halusinasi adalah penyakit mental yang dapat meliputi skizofrenia, demensia, delirium, dan lainnya.
- Penyalahgunaan zat
Hal ini juga merupakan faktor yang paling banyak menyebabkan halusinasi. Terlalu banyak alkohol atau asupan obat membuat seseorang melihat atau mendengar hal yang tidak nyata.
- Kurang tidur
Halusinasi adalah kondisi yang bisa muncul bila Anda benar-benar kurang tidur. Seseorang lebih berkemungkinan mengalami halusinasi apabila ia telah terjaga selama beberapa hari atau belum cukup tidur dalam jangka waktu yang lama.
- Obat-obatan
Beberapa pengobatan dapat menyebabkan halusinasi, seperti obat-obatan yang digunakan untuk penyakit Parkinson, depresi, psikosis atau epilepsi.
Penyebab lainnya dari halusinasi meliputi:
- Penyakit kronis seperti AIDS, kanker otak, gagal ginjal, dan gagal hati.
- Demam tinggi terutama pada anak-anak kecil dan lansia.
- Migrain.
- Dikucilkan oleh (atau sengaja mengasingkan diri dari) lingkungan sosialnya.
- Kejang.
- Tuli, buta, atau gangguan penglihatan.
- Kejang oksipital. Kondisi ini membuat pasien melihat bercak atau cahaya yang berkedip.
Proses Terjadinya Halusinasi
Pada gangguan jiwa skhizofrenia, halusinasi pendengaran merupakan hal yang paling sering terjadi, dapat berupa suara-suara bising atau kata-kata yang dapat mempengaruhi tingkah laku, sehingga dapat menimbulkan respon tertentu seperti bicara sendiri, marah, atau berespon lain yang membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Hal serupa dapat bersikap mengamati orang lain yang tidak bicara atau benda mati yang seakan-akan berbicara padanya. Halusinasi merupakan tanda khas dari gangguan skhizofrenia dan merupakan manifestasi dari metankolia involusi, psikosa, depresi, dan sindrom otak organik.
Tahapan Halusinasi
Halusinasi dapat dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu:
a. Sleep Disorder
Sleep Disorder adalah halusinasi tahap awal sesorang sebelum muncul halusinasi. Karakteristik. Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karena berbagai stressor terakumulasi dan support system yang kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Perilaku. Klien susah tidur dan berlangsung terus menerus sehingga terbiasa menghayal, dan menganggap menghayal awal sebagai pemecah masalah.
b. Comforthing
Comforthing adalah halusinasi tahap menyenangkan: Cemas sedang. Karakteristik. Klien mengalami perasaan yang mendalam seperti cemas, kesepian, rasa bersalah, takut, dan mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan cemas. Klien cenderung mengenali bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kendali kesadaran jika cemas dapat ditangani. Perilaku. Klien terkadang tersenyum, tertawa sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakkan mata yang cepat, respon verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi.
c. Condemning
Condemning adalah tahap halusinasi menjadi menjijikkan: Cemas berat. Karakteristik. Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin merasa dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. Perilaku. Ditandai dengan meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf otonom akibat ansietas otonom seperti peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah. Rentang perhatian dengan lingkungan berkurang, dan terkadang asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
d. Controling
Controling adalah tahap pengalaman halusinasi yang berkuasa: Cemas berat. Karakteristik. Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti. Perilaku. Perilaku klien taat pada perintah halusinasi, sulit berhubungan dengan orang lain, respon perhatian terhadap lingkungan berkurang, biasanya hanya beberapa detik saja, ketidakmampuan mengikuti perintah dari perawat, tremor dan berkeringat.
e. Conquering
Conquering adalah tahap halusinasi panik: Umumnya menjadi melebur dalam halusinasi. Karakteristik. Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik. Perilaku. Perilaku panik, resiko tinggi mencederai, bunuh diri atau membunuh. Tindak kekerasan agitasi, menarik atau katatonik, ketidak mampuan berespon terhadap lingkungan.
Mengatasi halusinasi
Halusinasi adalah kondisi yang bisa dikendalikan, meskipun tidak bisa dijamin akan sembuh seratus persen. Tergantung pada penyebab halusinasi, dokter akan merekomendasikan perawatan yang paling efektif. Rencana perawatan dapat meliputi:
- Obat-obatan
Pengobatan diresepkan menurut penyebab halusinasi. Apabila Anda berhalusinasi akibat berhenti mengonsumsi alkohol, Anda membutuhkan obat-obatan yang berfungsi untuk menenangkan sistem saraf. Apabila halusinasi disebabkan oleh penyakit Parkinson diobati dengan demensia, pasien mungkin perlu menggunakan jenis obat lain.
- Konseling psikologis
Konseling juga berperan penting dalam mengatasi halusinasi, terutama apabila halusinasi disebabkan oleh kondisi kesehatan mental. Konselor dapat membantu pasien mengerti lebih dalam mengenai kondisinya dan memberikan strategi untuk mengatasinya. Hal ini sangat penting terutama bagi pasien yang menderita paranoid.
Perbedaan Delusi dan Halusinasi
Gangguan delusi ditangani dengan terapi kejiwaan seperti psikoterapi, terapi perilaku kognitif, dan terapi keluarga. Tujuan terapi kejiwaan pada pendeita delusi adalah mengurangi stress, membantu penderita berinteraksi dan mendekatkan penderita dengan keluarga dan orang terdekat. Terapi obat untuk penderita delusi mencakup obat neuroleptic dan antipsikotik untuk menekan hormon dopamine dan serotonin pada otak serta obat antidepresan.
Sedangkan orang yang mengalami halusinasi ditangani dengan pemberian obat yang memperlambat kerja otak, namun penanganan halusinasi disertai dengan faktor yang menyebabkannya untuk mengurangi keparahan halusinasi. Konseling kejiwaan juga diperlukan agar seseorang yang mengalami halusinasi dapat mengerti lebih baik akan kondisi yang dialaminya.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda agar dapat mencegah anggota keluarga yang terkena halusinasi.
